IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA EKSTRAK ETANOL BIJI KEMIRI (Aleurites moluccana L) dan EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera Burn.F) di KALIMANTAN SELATAN

Main Article Content

Sekar Satriani
Muhammad Fauzi
Hasniah

Abstract

Mayoritas masyarakat banyak memilih menggunakan bahan alam sebagai pilihan pengobatan yang dianggap minim efek samping atau bahkan tidak memiliki efek samping. Penggunaan tanaman herbal sebagai obat-obatan tradisional telah meningkat selama 20 tahun terakhir di negara-negara berkembang. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan jika sebanyak 65% masyarakat di negara maju memakai obat-obatan tradisional. Pemakaian obat-obat tradisional di Asia terus berkembang walaupun banyak obat sintetis yang tersedia dan dipasarkan. Biji kemiri (Aleurites moluccana L) dan lidah buaya (Aloe vera) merupakan 2 dari banyaknya tanaman yang dipercaya secara turun temurun dapat mengatasi alopesia. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan terdapatnya golongan senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak. Metode yang digunakan adalah dengan soxhletasi biji kemiri menggunakan pelarut ethanol dan infudasi lidah buaya selanjutnya dilakukan skrining fitokimia untuk membuktikan adanya alkaloid, flavanoid, fenolik, steroid/terpenoid, tanin, dan saponin. Data dianalisa secara deskriptif kualitatif. Hasil menunjukkan ekstrak ethanol biji kemiri dan ekstrak infudasi lidah buaya mengandung alkaloid, flavanoid, fenolik, steroid/terpenoid, tanin, dan saponin.

Article Details

How to Cite
Satriani, S., Muhammad Fauzi, & Hasniah. (2024). IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA EKSTRAK ETANOL BIJI KEMIRI (Aleurites moluccana L) dan EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera Burn.F) di KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Farmasi IKIFA, 3(2), 67-76. Retrieved from https://epik.ikifa.ac.id/index.php/jfi/article/view/170
Section
Articles

References

Boy Rahardjo Sidharta, B., 2014. Boy. Potensi Sediaan Cair Ekstrak Campuran
Kemiri (Aleurites moluccana L.) dan Kedelai (Glycine max (L.) Merill) sebagai
Penumbuh Rambut. Issue Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Chokotol L, Hasselt EV. 2005. The use of tannin in the local treatment of burn wound- a pilot
study. Malawi Med Journal, 17(1):19-20.
Estiasih T, Andiyas DK. 2006. Aktivitas antioksidan ekstrak umbi akar ginseng jawa (Talinum
triangulase wild). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 18(3):166-175.
Fakhrizal, M.A., Saputra, K.H., 2020. Potensi Daun Katuk dalam Mencegah Kerontokan
Rambut. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(2), 193–200.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan
Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. 147.
Kartiasih, W. 2011. dalam Diana, Wahyu. 2014. Penggunaan Ekstrak Buah Alpukat
Dan Madu Sebagai Bahan Aktif Hair Tonic Untuk Rambut Rontok, e-Journal
Vol.3 No.1- 226-235
Kemenkes RI., 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
381/MENKES/SK/III/2007, Tentang Kebijakan Obat Tradisional.
http://www.litbang.depkes.go.id/download/regulasi/KMK 381 2007 OBAT
TRADISIONAL.pdf. Diakses pada 23 November 2023.
Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoid, danAlkaloida. Karya Ilmiah. Department
Kimia, Fakultas Mathematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Nayak BS, Pereira LMP. 2006. Catharanthus roseus flower extract has wound-healing activity in
Sprague Dawley rats. BMC Complementary and Alternative Medicine 6(41) :1-6.
Ririn Novriyanti, Novita Eka Kartab Putri, Laode Rijai. 2022. Phytochemical Screening and
Antioxidant Activity Testing Ethanol Extract of Lime Skin (Citrus aurantifolia) Using
DPPH Method. Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. Samarinda
Sari, D. K. & Wibowo, A. 2016. Perawatan Herbal pada Rambut Rontok. Medical
Journal of Lampung University; 5; 129-134